Rindu

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

candu hatiku ..

terlintas sosok remajamu dibenakku

yang selalu menemaniku hingga malam larut

terbayang kita yang bersama berbicara .. bercerita .. tertawa .. tersenyum lepas saat itu

rasamu .. rasaku .. sama dalam hangatnya selimut perasaan

terlelapku dalam 1000 gejolak yang menghimpit dadaku , lelah menyiksa meresahkanku

hingga kutersadar semua telah berlalu

meninggalkan dendam rindu

tanpa kata .. tanpa perjuangan .. tanpa sentuhan

Tuhan ..

Izinkan aku bersamanya dan mengatakan

 Bahwa “ Aku mencintaimu ”

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Rindu

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

foto08271.jpg

Tinggalkan komentar

November 13, 2013 · 4:30 am

tugas softskill konsultasi kepribadian dan teorinya

Konsultasi kepribadian

Setiap manusia normal cenderung mengharapkan dirinya berkembang menjadi lebih baik. Siapapun orangnya, seorang profesional, ibu rumah tangga, guru, karyawan, direktur, atau apapun jabatan dan perannya, setidaknya mengharapkan dirinya berkembang dan menjalankan perannya dengan baik.

Setiap manusia memiliki potensi dan keunikan sendiri di dalam mengembangkan dirinya, setiap individu tidak sama tergantung seberapa jauh “DIA” dapat mewujudkan menjadi aktual dalam sikap dan kepribadiannya. Hal ini juga ditentukan oleh seberapa jauh lingkungan mengajarkan “DIA” untuk berkembang serta perlu belajar supaya bisa berkembang lebih baik. Perkembangan kemampuan atau potensi seseorang tidak akan terwujud begitu saja apabila tidak diupayakan.

Menurut beberapa ahli bidang psikologi, memberi pandangan tentang terbentuknya kepribadian manusia.

–                      Teori “NATURE” (Nativisme : Jean Jacques Rousseaw)

–                      Teori “NURTURE” (Tabularasa : John Locke)

–                      Teori “KONVERGENSI” (Tokoh : William Stern)

Berkaitan dengan hal tersebut diatas program pengembangan diri bertujuan membantu anda untuk mengembangkan potensi yang ada dan memberi patokan-patokan dasar yang bisa dilakukan. Sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan itu, anda harus mengenal “SIAPA DIRI ANDA ?”

Secara keseluruhan “POWER” memberikan kunci kepada kita untuk pengembangan diri seoptimal mungkin,   yaitu :

–                      Possitif Attitudes

–                      Other People

–                      Word

–                      Expand

–                      Realize

ETIKA PERGAULAN

Etika atau Etiket :

Adalah tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia, yang menitik beratkan pada sikap seseorang.

Dasar dari tata cara pergaulan :

–          sopan, ramah kepada siapa saja

–          memberi perhatian pada orang lain

–          rasa ingin membantu

–          menjaga perasaan orang lain

Pergaulan dapat dibedakan sebagai berikut :

–          antar wanita dan wanita

–          antar wanita dan pria

–          antar muda-mudi

–          antar tua muda

–          antar atasan dan bawahan

–          antar keluarga

Awal dari pergaulan adalah perkenalan, maka jangan sampai kesan pertama membuat kecewa.

Tata cara perkenalan :

–          memperkenalkan diri dengan mengucapkan nama yang jelas

–          memberi sedikit informasi

–          personal contact

Berkomunikasi yang baik :

Dalam berkomunikasi kita harus memberi dan menerima sehingga menyenangkan. Jangan sampai seseorang bicara terus menerus, tidak memberi kesempatan kepada yang lain.

Hal-hal yang harus diperhatikan :

–          ekspresi wajah

–          sikap tubuh

–          suara harus jelas

–          memakai bahasa yang baik

–          pandangan mata harus sopan

Hal-hal yang perlu dihindari :

–          memotong pembicaraan orang lain

–          memonopoli pembicaraan

–          membual tentang dirinya

–          berbicara hal-hal yang dapat menimbulkan pertentangan

Berkunjung :

Sebaiknya memperhatikan waktu untuk berkunjung agar tidak mengganggu tuan rumah.

–          Pagi hari sekitar jam 10.00 – 12.00

–          Sore hari sekitar  jam 16.30 – 17.30

–          Malam hari sekitar jam 19.30 – 21.00

ETIKA PERJAMUAN ATAU TABLE MANNER

            Menurut kebiasaan nenek moyang kita, yang masih banyak dianut di Indonesia sampai sekarang adalah semacam perjamuan yang sifatnya hampir sama. Biasanya disebut : “SELAMATAN” atau “KENDURI” atau “SYUKURAN” hal ini diselenggarakan menurut budaya atau kebiasaan masing-masing daerah. Dan biasanya dilaksanakan dengan : “DUDUK DI TIKAR DAN MAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TANGAN”.

Etika perjamuan meliputi :

1.      cara mengatur meja

2.      cara pelayanan

3.      cara makan

1.      Cara mengatur meja :

Biasanya meja diberi taplak sampai ke bawah dan diatur yang rapi. Untuk mengatur menu atau jenis makanan, disesuaikan dengan kelompok yang cocok.

2.      Cara Pelayanan

A. Para tamu duduk dan dilayani, yang biasa disebut “SETTING DINNER” dengan disajikan hidangan menurut menu tertentu. Hal ini biasanya diadakan di hotel-hotel atau rumah makan yang besar. Adapun urutan hidangan yang disajikan sebagai berikut :

–          hidangan perangsang –APPERTIZER-

–          hidangan sop -SOUP-

–          hidangan penyela –ENTREE-

–          hidangan utama –MAIN COURSE-

–          hidangan penutup –DESSERT-

B. Para tamu mengambil hidangan sendiri yang biasanya disebut “PRASMANAN” atau “BUFFET DINNER”. Pada suatu meja yang telah ditata rapi dengan diberi taplak sampai kebawah dan semua hidangan telah disediakan diatas meja dan diatur menurut aturannya.

Seandainya anda akan mengadakan jamuan, hanya minuman dan kue-kue saja, caranya juga sama dengan jamuan makan. Jadi tamu dilayani dengan duduk atau tamu mengambil sendiri.

3.      Cara Makan

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat makan :

–          waktu makan duduk dengan sikap yang sangat baik

–          makanan yang telah diambil hendaknya dihabiskan

–          makanan yang menuju mulut

–          mulai makan bila kanan kiri sudah mendapat hidangan

–          kecepatan makan disesuaikan dengan kanan kiri

–          waktu mengunyah makan tidak berbunyi

–          mengambil sisa makanan dengan tusuk gigi dilakukan di toilet

ETIKA BUSANA

            Kepribadian adalah sifat khas yang ada pada diri seseorang, yang dapat berkembang dan dapat berubah. Bagaimana kita bisa tampil menarik, mempesona, atau luwes ? kita perlu memperhatikan penampilan diri . Hal-hal yang berkaitan dengan penampilan diri adalah tata rias rambut (berjilbab), tata rias wajah, tata busana, serta sikap.

Tata busana memerlukan seni, sehingga menjadi sesuatu yang indah. Bukan terletak mahalnya bahan atau perhiasan yang dipakai tetapi harus ada kecocokan. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus diingat antara lain : waktu, keadaan, model

Busana dapat dibedakan menjadi 2 :

–          busana resmi, yaitu busana yang dipakai pada saat menghadiri pertemuan yang sifatnya resmi.

–          busana tidak resmi, yaitu busana yang dipakai pada kesempatan pertemuan yang sifatnya tidak resmi.

Busana nasional kita bedakan menjadi 2 macam :

–          busana tradisional

–          busana kreasi baru

Model busana kantor atau busana kerja :

–          wanita atasan model jas atau blazer, bawahan model rok atau celana

–          pria atasan model hem panjang atau pendek, celana harus sesuai.

Dalam berbusana kita dapat memilih antara dua harmoni yaitu harmoni oranye dan harmoni biru :

–          Yang termasuk harmoni oranye adalah warna oranye, kuning, hijau, krem dan coklat. Bila kita memakai busana dengan harmoni ini hendaknya make-up disesuaikan.

–          Yang termasuk harmoni biru yaitu warna biru, merah muda, merah, ungu dan abu-abu, juga untuk make-uap disesuaikan.

–          Untuk warna hitam dan putih adalah netral.

Warna busana kantor yang umum dipakai adalah :

Coklat, biru laut atau biru muda, abu-abu, krem, kuning muda, dan hijau anggur. Kombinasi warna dalam pemakaian busana perlu diperhatikan, ada 2 hal yang penting:

–          kombinasi warna senada atau selaras

–          kombinasi warna kontras

Pemakaian aksesoris atau pelengkap busana sebaiknya disesuaikan, tidak terlalu berlebihan.

Yang termasuk aksesoris adalah : perhiasan, sepatu, tas, syal atau slayer.

Tata rias wajah meliputi pembersihan dan make-up.

Pembersihan dapat dilakukan 2 atau 3 kali sehari dengan memakai susu pembersih, kemudian diberi penyegar.

Make-up :

Sebelum berdandan atau make-up wajah harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian baru boleh memulai make-up. Adapun urutannya sebagai berikut :

–          pelembab atau under make-up

–          alas bedak atau foundation

–          bedak atau powder

–          pemerah pipi atau rouge

–          bayangan mata atau eye shadow

–          alis

–          pemerah bibir atau lipstik

–          bedak padat atau finishing touch

MENGENAL KEPRIBADIAN

            Kepribadian merupakan salah satu aspek mental yang perkembangannya ditentukan oleh bawaan, keturunan, usia, peranan dan stres serta budaya. Aspek dalam kepribadian antara lain menyangkut aspek :

–          emosi

–          imaginasi

–    intelektual

–          aktivitas

Karena sifatnya dinamis maka perubahan dan pengembangan kepribadian bisa saja terjadi sesuai dengan harapan dan keinginan setiap orang, yaitu berawal dengan mengenal diri. Dengan melalui keterbukaan dalam menerima kritik maka perubahan kearah positif bisa saja terjadi.

Kepribadian tipe A merupakan salah satu model kepribadian seseorang yang relatif mudah terkena stres, baik ari lingkungan kerja , sosial maupun pendidikannya. Stres atau ketegangan yang muncul karena stressor yang sifatnya   bisa  saja  biologi,  psikologis  maupun sosial tidak                                selalu bermakna negatif, asal orang meninjau dari segi positifnya.  Namun demikian reaksi emosional lebih sering muncul daripada reaksi rasional sehingga bisa berakibat gangguan perilaku atau bahkan keluhan phisik. Semuanya sangat tergantung pada kepribadian yang terbentuk dan pada setiap orang itu berbeda.

Setiap orang mempunyai tahapan yang sama dalam menghadapi stres, yaitu :

–          alarm

–          adaptasi

–          exhaution, yaitu berakibat gangguan phisik dan gangguan psikis.

Menghadapi stres seseorang bisa secara :

–          merubah sudut pandang

–          relaksasi

–          psikoterapi

–          internist

–          kelompok yang sama

–          agama

Karena peran kepribadian sangat menentukan dalam perilaku dan penyesuaian serta kerja, maka diperlukan usaha untuk mengembangkan kepribadian kita lebih mempesona, yaitu melalui berbagai cara.

Sumber : http://insanikonsultan.blogspot.com/2012/04/kepribadian.html

Kesimpulan

Pelayanan Konsultasi secara on line sedang marak saat ini, hal ini sangat membantu sekali  masyarakat yang sedang mengalami  permasalahan dengan diri mereka ataupun dengan orang lain secara individu atau berkelompok, konsultasi kepribadian dapat meringankan dan membantu individu yang memiliki masalah dengan  kepribadiannya dapat diatasi dengan konsultasi secara chatting  dengan konselor agar dapat mengetahui dirinya,sebagai seorang individu bertipe kepribadian apa , apa kelebihan dirinya  yang dapat dikembangkan dan apa kekurangan  pada dirinya yang harus diperbaiki dan mengetahui bagaimana solusi dan cara untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi agar individu tidak mudah stress berdasarkan tipe kepribadiannya, konsultasi ini juga dapat membentuk karakter atau pribadi diri yang diharapakan  relasi, dapat menyesuaiakan diri  dengan lingkungan, berpenampilan menarik  sesuai etika namun, setiap individu itu adalah unik karena memiliki cirri khasnya masin-masing.

Nama :  siti farida

kelas : 4pa06

NPM  : 13509253

fakultas :  psikologi

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Aspek Psikologi dalam Perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi

Aspek Psikologi dalam Perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi

 
   

 

Nama kelompok:

Anindita S.A                  14509050

Laela Mantopani            16509746

Rangga Adriana             13509320

Romi Aprian                  11509334

Siti Farida                      13509253

Widya Seprina               18509505

 

KELAS: 4PA06

 

UNIVERSITAS GUNADARMA

2012

 

 

  1. Definisi

Psikologi didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang tingkahlaku dalam proses mental organisasi. Aspek psikologi sebenarnya lebih mengarah kepada manusia sebagai pengguna sistem informasi yang ada. Berdasarkan analisa ICT Watch, maraknya aksi cyberfraud yang terjadi di warnet disebabkan karena tidak adanya kajian dan analisa dampak psikologis oleh para pemilik modal sebelum mendirikan suatu warnet di daerah tertentu. Internet mulai berkembang di Indonesia sejak masuknya PT Indo Internet, sebagai ISP komersial pertama, tahun 1994.Keyakinan bahwa warnet dapat menjadi sebuah solusi dalam menjembatani kesenjangan informasi sekaligus meningkatkan penetrasi Internet di Indonesia, sehingga bermunculan proposal pendirian warnet dengan varian nama yang beragam. Dari sekian banyak proposal tersebut, dan dari sekian banyak warnet yang telah berdiri, nyaris tidak ada yang memasukkan atau melakukan analisa dampak psikologis. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab pergesaran fungsi mulia warnet, yang pada awalnya ditujukan sebagai solusi dalam menjembatani kesenjangan informasi menjadi sarang bagi para pelaku cybercrime. Menurut analisa dari ICT Watch, kondisi ini terjadi karena kekosongan mengenai pembahasan social cost, yakni untuk mengadakan pelatihan atau pendidikan kepada masyarakat sekitar sebagai sebuah tanggung-jawab psikologis, sehingga Warnet sebenarnya bukan hanya berbicara mengenai margin keuntungan semata. Apa yang diungkapkan oleh ICT Watchtersebut merupakan satu bagian yang menunjukkan pentingnya perhatian auditor terhadap lingkungan audit berbasis sistem informasi. Sebenarnya perhatian terhadap aspek psikologis bukan hanya dalam lingkungan audit berbasis sistem informasi, namun juga dapat terjadi pada aspek lain selain aspek audit. Memang isu Audit Sistem Informasi merupakan isu yang tergolong cukup baru dalam konteks Indonesia. Penelitian lebih jauh sangat diperlukan dalam aspek ini, sebagai salah satu bagian yang dapat dilakukan dalam konteks perkembangan teknologi informasi.

  1. Pembahasan

Merupakan hal yang sudah menjadi wacana umum, jika karyawan yang berumur memiliki resistant to change yang lebih besar terhadap lingkungan berbasis information system. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar Psikologi Roger Morrell, orang yang sudah berumur punya tingkat kesulitan lebih tinggi untuk menyeleksi informasi yang masuk, mana yang penting dan mana yang kurang penting, dibandingkan dengan orang-orang yang lebih muda umurnya. Seiring dengan penambahan umur pada manusia, diikuti dengan penurunan kapasitas ingatan, hal ini menyebabkan, penerimaan informasi yang terlalu banyak akan mempengaruhi kemampuan para lanjut usia memproses informasi yang penting. Penelitian yang dilakukan oleh Roger Morrell tersebut merupakan salah satu aspek Psikologis yang harus diperhatikan oleh organisasi terutama Auditor. Pemahaman terhadap aspek Psikologis ini merupakan hal yang sangat jarang sekali dibahas dalam ruang lingkup Audit, namun pemahaman terhadap aspek psikologis akan memudahkan auditor dalam melakukan penugasan audit dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi dan juga sebagai dasar dalam memberikan rekomendasi yang lebih tepat. Aspek Psikologis dalam hal ini dibagi menjadi dua, yakni aspek error dan aspek fraud.

  1. Aspek Error dalam konteks Psikologi perkembangan Organisasi berbasis sistem informasi

 Aspek error merupakan isu resiko yang terdapat dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi yang disebabkan oleh ketidaksengajaan. Beberapa point yang harus diperhatikan oleh Auditor dalam aspek error dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi:

a. Lack of Information. Kekurangan informasi yang diterima oleh user mengenai aplikasi atau teknologi informasi (IT) yang dimiliki oleh organisasi akan menyebabkan user kekurangan pengetahuan maupun kemampuan dalam menggunakan aplikasi yang diimplementasikanoleh organisasi. Hal ini akan menyebabkan user seringkali melakukan error dalammengoperasikan aplikasi yang ada, sehingga data yang diolah dapat berisiko tinggi, dengan tingkat kesalahan yang cukup besar.

 b. Too much jargon. Selain kekurangan informasi, jargon atau istilah yang terlalu beragam dalam aplikasi akan membuat user bingung dalam mengoperasikan aplikasi yang ada. Hal ini terutama terjadi pada karyawan yang sudah berumur, sehingga tingkat kompleksitas dari istilah yang digunakan dapat mempengaruhi resiko tingkat error yang terjadi.

 c. Technophobia. Pengalaman yang buruk terhadap teknologi informasi (IT) dapat menjadi trauma tersendiri bagi seseorang atau karyawan. Dampak yang paling buruk dapat menyebabkan seseorang atau karyawan menjadi technophobia. Kesalahan penanganan terhadap technophobiadapat menyebabkan kerugian bagi individukaryawan maupun kerugian besar bagi organisasi bisnis dalam bentuk kesalahan – kesalahan maupun kehancuran data yang dimiliki oleh organisasi bisnis.

 

2. Aspek Fraud dalam konteks Psikologi perkembangan Organisasi berbasis Sistem Informasi

Selain aspek error, terdapat juga aspek Fraud yang merupakan isu resiko dalam lingkungan Audit Sistem Informasi. Fraud merupakan aspek yang dilakukan dengan oleh karyawan, dengan tujuan untuk keuntungan diri sendiri yang tentu saja menjadi kerugian bagi organisasi bisnis. Dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi, fraud yang dilakukan karyawan berkenan dengan isu resiko terhadap asset organisasi bisnis, baik asset berupa keuangan (financial loss) maupun asset berupa informasi (non-financial loss) organisasi bisnis.

Fraud yang terjadi dalam lingkungan Audit Sistem Informasi, dikenal dengan istilah Computer Fraud, yakni lebih ditujukan untuk penyelewengan sumberdaya sistem informasi atau komputer yang lebih banyak merugikan keuangan di suatu organisasi oleh orang dalam. Pelaku Computer Fraud biasanya memiliki pengetahuan memadai dan keahlian tentang sistem komputer dan menggunakan komputer sebagai target kejahatan. Namun, tetap perlu diingat, dalam lingkungan Audit berbasis Sistem Informasi, tidak semua kejahatan yang dilakukan menggunakan komputer masuk ke kategori kejahatan komputer. Upaya penggelapan pajak dimana perhitungannya memakai komputer, membeli barang via internet memakai nomor kartu kredit orang lain, mencuri komputer, dsb tidak masuk kategori kejahatan komputer. Kasus pembobolan Bank Indonesia, meruapakan salah satu contoh dari beberapa kasus kejahatan komputer pernah terjadi di Indonesia.

Pembobolan tersebut terjadi bulan Juli 1996 ketika melakukan pembobolan sejumlah 6,6 Miliar dengan menggunakan bantuan komputer. Dibawah ini merupakan beberapa aspek psikologis yang memicu terjadi fraud dalam lingkungan berbasis Audit Sistem Informasi yang dibagi menjadi dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal:

  1. Faktor Internal.

 Faktor ini merupakan aspek yang berbicara mengenai manusia sebagai calon pelaku fraud. Pemahaman Auditor terhadap aspek internal akan membantu Auditor dalam menganalisa fraud yang terjadi dalam organisasi bisnis. Pemahaman terhadap aspek internal ini dimaksudkan untuk memahami lebih mendalam mengenai karateristik pelaku fraud yang ada ditinjau dari empat sisi, yakni :

• Hubungan dengan organisasi / perusahaan : Orang dalam (pegawai) sendiri, orang dalam bekerja sama dengan orang dalam, orang luar bekerja sama dengan orang dalam (pegawai), orang dalam bekerja sama dengan orang luar, atau mantan pegawai

• Hubungan antar pelaku yang bekomplotan : teman, keluarga (ayah – anak, suami – istri, adik – kakak, paman – keponakan)

• Sisi Umur. Umumnya berusia relatif mudah dan memiliki kepintaran / keahlian yang tinggi atau berprestasi kerja yang baik

• Tugas/ jabatan orang dalam : petugas kliring, operator komputer back office, bagian rekonsiliasi, bagian rekening koran, asisten bagian EDP, programer/ system analist, petugas dukungan komputer / teknisi, petugas data entry, manajer sistem informasi, manajer keuangan.

  1. FAKTOR ESKTERNAL.

Faktor eksternal merupakan aspek yang mempengaruhi manusia, yakni calon pelaku fraud untuk melakukan tindakan kejahatan. Jadi yang menjadi pemicunya adalah aspek eksternal yang ada dalam perusahaan, dalam hal ini perusahaan harus dapat meminimalisasi aspek eksternal yang mempengaruhi terjadinya komputer fraud, sehingga dapat terlihat bahwa pendekatan pencegahan antara aspek eksternal dengan aspek internal akan berbeda fokusnya. Ada 3 aspek dalam faktor eksternal, yakni:

Incentive/ pressure. Adanya tawaran berupa bonus yang diberikan kepada pihak manajemen atau top-level-management akan membuat pihak manajemen berusaha untuk menyajikan informasi laporan keuangan sesuai dengan kriteria ideal untuk mendapatkan bonus atau insentif. Kecenderungan ini terjadi ketika pemegang saham menjanjikan bonus dengan mensyaratkan kinerja yang menggunakan pengukuran rasiorasio atau elemen dalam laporan keuangan, sehingga adanya kecenderungan manajemen untuk “mengolah” atau “memasak” laporan keuangan yang akan disajikan kepada pemegang saham.

• Oppurtunity. Kesempatan merupakan hal yang paling mempengaruhi terjadinya fraud dalam organisasi bisnis. Adanya kesempatan ini disebabkan oleh pengendalian yang kurang memadai dalam lingkungan berbasis sistem informasi atau dapat juga disebabkan oleh adanya celah dalam pengendalian yang ada. Hal yang perlu diingat oleh organisasi, pengendalian hanya berfungsi untuk mengeliminasi fraud yang terjadi dalam organisasi bisnis bukan menghilangkan resiko yang ada. Hal ini seringkali berkenaan dengan analisa cost-benefit, karena disatu sisi organisasi ingin menerapkan pengendalian yang sangat tinggi yang tentu saja membutuhkan biaya yang tinggi, namun di sisi lain organisasi juga harus melakukan analisa terhadap benefit yang didapatkan oleh organisasi tersebut.

• Rationalization. Faktor ”orang lain juga melakukannya” merupakan hal yang cukup berbahaya bagi organisasi. Hal ini dapat menjadi menjamurnya fraud dalam organisasi. Biasanya kondisi ini dimulai dengan melakukan kejahatan yang kecil hingga menjadi suatu kebiasaan yang akhirnya mencapai klimaks dengan melakukan kejahatan yang sangat merugikan organisasi, hal ini terjadi karena dalam diri manusia, yakni karyawan yang melakukan fraud, persaan yang tidak puas dengan apa yang didapatkan ketika melakukan fraud dalam organisasi. Kondisi ini terus berlanjut dengan mengambil keuntungan yang semakin besar dalam fraud yang dilakukan.

  1. Contoh

Salah satu contohnya yaitu pengguna komputer dalam pembuatan software-software untuk bidang psikologi. Misalnya saja, di perusahaan sekarang ini banyak menggunakan software tentang alat tes agar waktu yang digunakan dalam menyeleksi calon karyawan baru lebih cepat dan efisien, serta tidak membuang tenaga para penyeleksinya. Selain itu, contoh lainnya adalah dalam penggunaan software dari microsoft office, dimana yang dahulunya kita harus memakai mesin ketik untuk membuat surat atau membuat tulisan agar terlihat rapih, tapi sekarang berkat adanya komputer dan system informasi maka pekerjaan kita untuk membuat surat atau tulisan yang lain lebih cepat dan bahkan lebih rapih. Contoh lain dalam bidang psikologi yaitu penggunaan laboratorium psikologi dimana didalamnya menggunakan prinsip ilmu komputer.

Contoh lain mungkin dengan sistem konseling online yang sekarang ini banyak beredar dan banyak hadir di situs jejaring sosial. Hal-hal diatas merupakan sebagian contoh penggunaan sistem informasi dalam bidang psikologi saat ini. Dimana, ilmu psikologi juga berkembang berkat adanya perkembangan yang sangat pesat dari ilmu komputer itu sendiri. Sistem informasi psikologi memuat aspek- aspek psikologis dalam perkembangan organisasi  berbasis sistem informasi. Contoh dari sistem informasi psikologi disini adalah seperti tes- tes psikologis yang sekarang sudah banyak ditemui di internet, konseling online, dll.

 

  1. Definisi Konseling Online

Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangakn dalam lingkup profesinya. Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology).
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama”. Pengertian ”berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”people coming together to again an understanding of problem that beset them were evident”, yang ditulis oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An Introduction to The Counseling Profession.
Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan koseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya.
Ahli lain, Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka menegaskan konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah.
Meskipun bukan bermaksud merangkum berbagai pengertian yang dikemukakan oleh banyak ahli, Stefflre dan Grant menyusun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Menurut Stefflre dan Grant, terdapat empat hal yang mereka tekankan, yaitu:
1. Konseling Sebagai Proses

Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.
2. Koseling Sebagai Hubungan Spesifik

Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan empati.

3. Konseling adalah Membantu Klien

Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya.
4. Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup

Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat ”know about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut aktualisasi diri.
Semakin banyak perusahaan dan individu yang memanfaatkan e-learning sebagai sarana untuk pelatihan dan pendidikan karena mereka melihat berbagai manfaat yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis web – internet ini. Dari berbagai komentar yang dilontarkan, ada tiga persamaan dalam hal manfaat yang bisa dinikmati dari e-learning.
Fleksibilitas

Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (seringkali jam ini bentrok dengan kegiatan rutin siswa), maka e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. 
Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki akses ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), semakin mudah mengakses e-learning. Berbagai tempat juga sudah menyediakan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menunggu hidangan disajikan, Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
Berlisensi Gazley adalah penasihat dan hipnoterapis dengan lebih dari 30 tahun pengalaman sebagai psikoterapis. He holds a certification for distance counseling from ReadyMinds and is a trainer for that company’s Distance Credentialed Counselor program. Dia memegang sertifikasi untuk jarak konseling dari ReadyMinds dan merupakan pelatih untuk perusahaan Penasihat Jarak Credentialed program. In addition to his work on the website, he also is a private practitioner in Scottsdale, Arizona. Selain karyanya pada website, ia juga adalah  praktisi swasta di Scottsdale Arizona.
Gazley’s initial website launched eight years ago with his partner in private practice, was limited strictly to online counseling. Situs Gazley awal diluncurkan delapan tahun lalu dengan pasangannya dalam praktek swasta, adalah sangat terbatas untuk online konseling. In 2000 however, he added the general health component, creating a virtual clinic atmosphere complete with web-based, self-help discussion groups; a library of “suggested” movies, music, and books; and an online media store selling audiotapes, e-books, books and videos. Namun pada tahun 2000, ia menambahkan komponen kesehatan umum, menciptakan suasana klinik virtual lengkap dengan berbasis web, self-help kelompok diskusi; perpustakaan “usul” film, musik, dan buku-buku dan media online toko yang menjual kaset, e -buku, buku dan video

 

  1. Dampak Sistem Informasi Psikologi Secara Psikologis (Sistem Informasi SDM)

Menurut Alisyahbana (1980), Teknologi telah dikenal oleh manusia sejak jutaan tahun yang lalu, karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Istilah teknologi berasal dari techne atau cara dan logos atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri merupakan cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia. Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan. Setiap perubahan yang diciptakan berupaya untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan dalam melakukan aktifitas. Terlebih dalam bidang teknologi, masyarakat kini sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh perubahan yang telah dihasilkan dalam perkembangan teknologi. Akan tetapi, meskipun pada mulanya diciptakan untuk memberikan manfaat positif  bagi masyarakat, namun di sisi lain juga dapat memungkinkan teknologi tersebut digunakan untuk hal-hal negatif.

 

 Dampak Positif dan Negatif Sistem Informasi pada berbagai bidang :

 1. Bidang Informasi dan Komunikasi

Positif :

 a) Kita akan lebih cepat mendapatkan informasi-informasi yang akurat dan terbaru di bumi bagian manapun melalui internet

 b) Kita dapat berkomunikasi dengan teman, maupun keluarga yang sangat jauh hanya dengan melalui handphone

 c) Kita mendapatkan layanan bank yang dengan sangat mudah. Dan lain-lain

 

 Negatif :

 a) Pemanfaatan jasa komunikasi oleh jaringan teroris (Kompas)

 b) Penggunaan informasi tertentu dan situs tertentu yang terdapat di internet yang bisa disalah gunakan fihak tertentu untuk tujuan tertentu

 c) Kerahasiaan alat tes semakin terancam Melalui internet kita dapat memperoleh informasi tentang tes psikologi, dan bahkan dapat memperoleh layanan tes psikologi secara langsung dari internet.

 d) Kecemasan teknologi. Selain itu ada kecemasan skala kecil akibat teknologi komputer. Kerusakan komputer karena terserang virus, kehilangan berbagai file penting dalam komputer inilah beberapa contoh stres yang terjadi karena teknologi. Rusaknya modem internet karena disambar petir.

 

 2. Bidang Sosial dan Budaya

 Positif :

 a) Perbedaan kepribadian pria dan wanita. Banyak pakar yang berpendapat bahwa kini semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis. Bahkan perubahan perilaku ke arah perilaku yang sebelumnya merupakan pekerjaan pria semakin menonjol.Data yang tertulis dalam buku Megatrend for Women:From Liberation to Leadership yang ditulis oleh Patricia Aburdene & John Naisbitt (1993) menunjukkan bahwa peran wanita dalam kepemimpinan semakin membesar. Semakin banyak wanita yang memasuki bidang politik, sebagai anggota parlemen, senator, gubernur, menteri, dan berbagai jabatan penting lainnya.

 b) Meningkatnya rasa percaya diriKemajuan ekonomi di negara-negara Asia melahirkan fenomena yang menarik. Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh. Bangsa-bangsa Barat tidak lagi dapat melecehkan bangsa-bangsa Asia.

 c) Tekanan, kompetisi yang tajam di pelbagai aspek kehidupan sebagai konsekuensi globalisasi, akan melahirkan generasi yang disiplin, tekun dan pekerja keras

 

 Negatif :

 a) Kemerosotan moral di kalangan warga masyarakat, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. Kemajuan kehidupan ekonomi yang terlalu menekankan pada upaya pemenuhan berbagai keinginan material, telah menyebabkan sebagian warga masyarakat menjadi “kaya dalam materi tetapi miskin dalam rohani”.

 b) Kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja semakin meningkat semakin lemahnya kewibawaan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat, seperti gotong royong dan tolong-menolong telah melemahkan kekuatan-kekuatan sentripetal yang berperan penting dalam menciptakan kesatuan sosial. Akibat lanjut bisa dilihat bersama, kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja dan pelajar semakin meningkat dalam berbagai bentuknya, seperti perkelahian, corat-coret, pelanggaran lalu lintas sampai tindak kejahatan.

 c) Pola interaksi antar manusia yang berubah Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga. Komputer yang disambungkan dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan dunia luar. Program internet relay chatting (IRC), internet, dan e-mail telah membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri. Selain itu tersedianya berbagai warung internet (warnet) telah memberi peluang kepada banyak orang yang tidak memiliki komputer dan saluran internet sendiri untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Kini semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan komputer. Melalui program internet relay chatting (IRC) anak-anak bisa asyik mengobrol dengan teman dan orang asing kapan saja.

 

 3. Bidang Pendidikan

 Positif :

 a) Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan. Dampak dari hal ini adalah guru bukannya satu-satunya sumber ilmu pengetahuan.

 b) Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan teknologi bisa dibuat abstrak.

 c) Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dengan kemajuan teknologi proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos internet dan lain-lain.Disamping itu juga muncul dampak negatif dalam proses pendidikan antara lain

 

 Negatif :

 a) Kerahasiaan alat tes semakin terancam Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk.. Implikasi dari permasalahan ini adalah, tes psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut.

 b) Penyalah gunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindak kriminal. Kita tahu bahwa kemajuan di badang pendidikan juga mencetak generasi yang berepngetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contonya dengan ilmu komputer yang tingi maka orang akan berusaha menerobos sistem perbangkan dan lain-lain.

 

 Berikut adalah contoh dampak negatif, terutama lebih mengarah pada teknologi informasi.

 1. Information Anxiety

 Banyaknya informasi yang diterima sering kali membuat kita kesulitan dalam memilah prioritas dan menentukan kebenaran informasi tersebut. Bahkan tidak jarang orang percaya begitu saja terhadap informasi yang diterimanya, tanpa terlebih dahulu menyelidiki kebenaran dari informasi yang dia terima. Sebagai contoh banyaknya kasus penipuan dengan hadiah yang cukup menggiurkan, sehingga tidak jarang banyak yang terjebak oleh informasi tersebut.

  1. 2.    Dehumanization

Hilangnya penghargaan atas nilai seseorang sebagai individu, digantikan dengan sederet angka identitas.

 3. Health Issues

 Stress yang ditimbulkan oleh penggunaan peralatan dan aplikasi berbasis teknologi informasi pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terutama pada ponsel, pengaruh radiasi layar monitor, masalah persendian akibat kesalahan penggunaan keyboard dan mouse, masalah ergonomis, dsb.

 4. Lost of Privacy

 Identitas digital yang dimiliki setiap orang membuat keberadaan orang tersebut selalu terdeteksi. Selain itu pemantauan CCTV secara kontinu akan mengganggu privasi dan kesehatan kita. Contoh : Di Inggris ada 4,2 juta CCTV. 1 juta diantaranya ada di London, secara rata-rata seorang warga London akan tertangkap di 300 CCTV per hari.

 

 

 5. Cookies

Semakin banyak informasi yang kita tampilkan dan share di internet, dengan atau tanpa kita sadari yang membuat peluang penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang. Contoh : Facebook, Twitter, Friendster.

 6. Digital Gap

 Semakin nyata adanya kesenjangan antara kelompok yang menguasai TI dengan kelompok yang tidak menguasai TI, baik dalam keseharian maupun dalam pekerjaan.

 7. Possible Massive Unemployment

 Implementasi TI secara besar-besaran dapat membawa dampak peningkatan jumlah pengurangan tenaga kerja, baik melalui PHK maupun menyempitnya peluang kerja bagi tenaga kerja yang tidak menguasai TI. Padahal belum tentu orang-orang yang tidak menguasai TI tidak memiliki kompetensi yang handal.

 8. Impact of Globalization on Culture

 Semakin menipisnya nilai-nilai budaya lokal akibat pengaruh globalisasi. Contohnya melalui internet, kita bisa mengunduh (download) lagu. Hanya saja, dari lagu yang diunduh tersebut, hampir tidak ada jenis lagu daerah. Sebagian besar adalah lagu-lagu modern dan bahkan lagu asing. Hal ini tentunya akibat dari perkembangan globalisasi, sehingga tidak jarang orang-orang (apalagi anak muda) menjadi malu jika masih melestarikan hal-hal kuno, seperti misalnya lagu daerah. 

Daftar Pustaka

 

(http://fportfolio.petra.ac.id/user_files/04025/Kajian%20terhadap%20Aspek%20Psikologis%20dalam%20IS-Auditing.pdf ). tanggal akses 1 oktober 2012 jam 20.30

 

 http://febbyindrianiwahab.blogspot.com Tanggal 3 oktober 2012 jam 20.40

 

http://saesachentonk.blogspot.com/2011/03/sistem-informasi-psikologi-tugas-ke-2.html Tanggal akses 4 oktober 2012 jam 21.00

 

http://pungkasanugrahutami.wordpress.com/2012/10/01/sistem-informasi-psikologi/ tanggal akses 8-10-2012 jam 11.25

 

 http://liakalista.blogspot.com/. Tanggal akses 6 oktober 2012 jam 18.00

 

http://fennyveryanti.blogspot.com/2010/03/tugas-perbaikan-3-mengenai-konseling.html. Tanggal 5 oktober 2012 jam 22.00

 

 

 

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

psikoterapi ( psikologi kepribadian)

Pengertian Kepribadian Menurut Awam dan Psikologi

 

 

Ilustrasi

Dalam kajian psikologi, kita akan mengenal sebuah obyek pembahasan yang dikenal dengan psikologi kepribadian. Tetapi, bagaimanakah perbedaan arti kepribadian bagi masyarakat awam dengan kajian yang dilakukan oleh psikologi. Berikut adalah penjelasannya.

Kepribadian menurut pengertian sehari-hari

Kata personality dalam bahasa inggris berasal dari bahasa latin: persone, yang berarti kedok atau topeng. Dimana hal ini selalu dipakai pada zaman romawi dalam melakukan sandiwara panggung. Lambat laun kata persona (personality) berubah istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima individu dari kelompok atau masyarakat.

Sehingga kemudian individu diharapkan akan berperilaku sesuai dengan peran atau gambaran sosial yang diterimanya. Pengertian ini biasanya muncul dengan ungkapan seperti: “Didi berkepribadian pahlawan.” Atau “Dewi berkepribadian kartini sejati.”

Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.

Dari penjelasan diatas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut pengertian sehari-hari atau masyarakat awam, menunjuk pada gambaran bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu yang lainnya.

Anggapan seperti ini sangatlah mudah dimengerti, tetapi juga sangat tidak bisa mengartikan kepribadian dalam arti yang sesungguhnya. Karena mengartikan kepribadian berdasarkan nilai dan hasil evaluatif. Padahal kerpibadian adalah sesuatu hal yang netral, dimana tidak ada baik dan buruk. Kepribadian juga tidak terbatas kepada hal yang ditampakkan individu saja, tetapi juga hal yang tidak ditampakkan individu, serta adanya dinamika kepribadian, dimana kepribadian bisa berubah tergantung situasi dan lingkungan yang dihadapi seseorang.

Kepribadian menurut psikologi

Pengertian kepribadian menurut disiplin psikologi bisa diambil dari rumusan beberapa teoris kepribadian terkemuka. Gordon Allport, merumuskan kepribadian adalah organisasi dinamis sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya.

Seperti yang dikisahkan Feist & Feist dalam bukunya Theories of Personality (), Allport memilih tiap frase dalam mendefinisikan dengan hati-hati, sehingga benar-benar menyatakan apa yang ingin ia katakan.

Istilah ”organisasi dinamis” menunjukkan suatu integrasi atau saling keterkaitan dari berbagai aspek kepribadian. Kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola. Bagaimanapun, kepribadian bukan suatu organisasi yang statis, melainkan secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Istilah ”psikofisik” menekankan pentingnya aspek psikologis dan fisik dari kepribadian. Kata ”menentukan” dalam definisi kepribadian menunjukkan bahwa kepribadian ”merupakan sesuatu dan melakukan sesuatu”. Kepribadian bukanlah topeng yang secara tetap dikenakan seseorang; dan juga bukan perilaku sederhana. Kepribadian menunjuk orang di balik perilakunya atau organisme di balik tindakannya.

Dengan kata ”karakteristik” Allport ingin menunjukkan sesuatu yang unik atau individual. Kepribadian seseorang bersifat unik, tidak dapat diduplikasi (ditiru) oleh siapa pun. Kata ”perilaku dan pikiran” secara sederhana menunjuk pada sesuatu yang dilakukan oleh seseorang, baik perilaku internal (pikiran-pikiran) maupun perilaku-perilaku eksternal seperti berkata-kata atau tindakan.

Berdasarkan penjelasan Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.

Meskipun mengalami perubahan, kepribadian merupakan karakteristik yang relatif stabil. Hal ini sesuai penjelasan Allport bahwa kepribadian merupakan sesuatu yang terorganisasi dan terpola.

Pandangan orang secara umum mengenai kepribadian sebagai sesuatu yang ajek, konsisten, dan tidak berubah, tidak sepenuhnya salah. Namun, perlu diingat bahwa keadaan yang relatif stabil itu juga mengalami pertumbuhan dan perubahan.

Pustaka
Sujanto, Agus, Lubis, Halem, Hadi, Taufik. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara

 

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

TugAs psikoTerapi 14 ( psikologi anak usia dini)

Pendidikan Anak Usia Dini

Menanamkan Sifat Amanah Pada Anak (Bagian I)

 

Di era yang modern ini banyak sekali orang tua yang mengabaikan pentingnya membentuk sebuah kecenderungan sifat positif yang kuat pada diri anak, misalnya sifat amanah. Banyak juga orang tua yang tidak mengindahkan kebiasaan dan kecenderungan tertentu pada diri anak yang usianya masih dini, yang bisa berakibat terbentuknya kecenderungan yang negatif mengenai sifat amanah. Seorang anak yang di dalam keluarganya tidak pernah dikenalkan dengan konteks hak dan kewajiban maka di masa kedepan ia akan kesulitan membedakan mana haknya dan mana yang bukan haknya, yang jadi kewajiban pun akan ia abaikan, dan besar kemungkinan anak jadi sering mengambil hak orang lain.
Seorang anak mempunyai kecenderungan untuk selalu menginginkan banyak hal dan ingin selalu memiliki hal-hal tersebut. Akan tetapi dalam kenyataannya, anak juga harus tahu bahwa di sana ada hal yang tidak boleh didapatkan karena itu merupakan milik orang lain. Disinilah tugas kita sebagai orang tua untuk memberitahukan kepada si anak dan menanamkan sebuah kecenderungan positif,bahwa mengambil hak milik orang lain merupakan perilaku yang menyalahi norma hukum dan susila. Jika sifat seperti itu kita abaikan tidak menutup kemungkinan untuk anak melakukan pencurian. Mungkin saja memang yang diambil adalah barang milik keluarga sendiri, tapi kalau dibiarkan akan tidak mustahil dampaknya akan beralih ke masyarakat luas.
Diposkan oleh di 20:48

 

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

TuGas pSikoterapi 13 ( psikologi Konseling)

Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasihat kepada pihak lain. Konseling sebagai cabang ilmu dan praktik pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangakn dalam lingkup profesinya.

Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psychology).

Dalam buku Psikologi Konseling oleh Latipun pada tahun 2006, kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counselium, artinya ”bersama” atau ”bicara bersama”. Pengertian ”berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan antara konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (Counselee). Dengan demikian counselium berarti, ”people coming together to again an understanding of problem that beset them were evident”, yang ditulis oleh Baruth dan Robinson (1987:2) dalam bukunya An Introduction to The Counseling Profession.

Carl Rogers, seorang psikolog humanistik terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada perubahan system self klien sebagai tujuan koseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya.

Ahli lain, Cormier (1979) lebih memberikan penekanan pada fungsi pihak-pihak yang terlibat. Mereka menegaskan konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Pietrofesa (1978) dalam bukunya The Authentic Counselor, sekalipun tidak berbeda dengan rumusan sebelumnya, mengemukakan dengan singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang profesional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah.

Meskipun bukan bermaksud merangkum berbagai pengertian yang dikemukakan oleh banyak ahli, Stefflre dan Grant menyusun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Menurut Stefflre dan Grant, terdapat empat hal yang mereka tekankan, yaitu:

1. Konseling Sebagai Proses
Konseling sebagai proses berarti konseling tidak dapat dilakukan sesaat. Butuh proses yang merupakan waktu untuk membantu klien dalam memecahkan masalah mereka, dan bukan terjadi hanya dalam satu pertemuan. Permasalahan klien yang kompleks dan cukup berat, konseling dapat dilakukan beberapa kali dalam pertemuan secara berkelanjutan.

2. Koseling Sebagai Hubungan Spesifik
Hubungan antara konselor dan klien merupakan unsur penting dalam konseling. Hubungan koseling harus dibangun secara spesifik  dan berbeda dengan hubungan sosial lainnya. Karena konseling membutuhkan hubungan yang diantaranya perlu adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan empati.

3. Konseling adalah Membantu Klien
Hubungan konseling bersifat membantu (helping). Membantu tetap memberikan kepercayaan pada klien dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan mereka. Hubungan konseling tidak bermaksud mengalihkan pekerjaan klien pada konselor, tetapi memotivasi klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya.

4. Konseling untuk Mencapai Tujuan Hidup
Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari perilaku adaptif, dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang tidak hanya membuat ”know about” tetapi juga ”how to” sejalan dengan kualitas dan kapasitasnya. Tujuan akhir konseling pada dasarnya adalah sejalan dengan tujuan hidupnya yang oleh Maslow (1968) disebut aktualisasi diri.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Tugas psikoterapi 12 ( psikologi Abnormal)

Faktor-faktor seperti gangguan dalam neurotransmiter dan abnormalitas atau kerusakan-kerusakan otak yang mendasar dikaitkan dengan berbagai gangguan psikologis. Untuk beberapa gangguan, seperti alzheimer, proses-proses biologis berperan secara langsung. Namun demikian, untuk berbagai gangguan lain penyebab yang tepat tidak diketahui. Pada kasus-kasus lain, seperti skizofrenia, faktor-faktor biologis, terutama genetis, tampaknya berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan permbuat stress dalam perkembangan gangguan (Nevid, J., Rathus S., Greene, B., 2003).

Dalam sumber yang sama dengan kajian sebelumnya disebutkan bahwa para peneliti telah menemukan hubungan antara faktor psikologis dan berbagai gangguan serta kondisi fisik. Para peneliti juga meneliti apakah kombinasi antara penanganan psikologis dan obat-obatan untuk berbagai masalah, di antaranya seperti depresi, gangguan kecemasan dan gangguan penyalahgunaan obat, mampu meningkatkan manfaat terapeutik dibandingkan hanya salah sati pendekatan yang dilakukan.

Berikut fungsi –fungsi neurotransmitter. Dan hubungannya dengan pola-pola perilaku abnormal.

Fungsi –fungsi Neurotransmitter dan Hubungannya dengan Pola-Pola Perilaku Abnormal.

Neurotransmiter

Fungsi

Hubungan dengan Perilaku Abnormal

Asetilkolin (Ach)

Mengendalikan kontraksi otot dan pembentukan ingatan

Jumlah yang kurang dari normal ditemukan pada pasien dengan penyakit Alzheimer

Dopamin

Mengatur kontraksi otot dan proses-proses mental yang meliputi belajar, ingatan dan emmosi

Penggunaan berlebihd dari dopamin di otak mungkin berperan dalam perkembangan skizofrenia

Norepinefrin

Proses-proses mental yang terlibat dalam belajar dan ingatan

Ketidakseimbanganya dikaitkan dengan gangguan mood seperti depresi

Serotonin

Pengatur kondisi mood, kepuasan dan tidur

Ketidakteraturan mungkin berperan dalam depresi dan gangguan makan


Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

TuGas psikoterapi 11 ( artikel ilmiah psikologi positif )

Fenomena Psikologi Positif dalam Dunia Motivasi

Hellow sahabat-sahabat super dimanapun Anda berada.. Berikut ini ada sebuah artikel yang lebih tepatnya merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah psikologi kepribadian II yang dibuat oleh salah satu kelompok.  Adapun artikel ini diposting bertujuan untuk menambah sedikit pengetahuan teman-teman dan sssssttttt… artikel ini belum pernah dipublikasikan dimanapun lo.. kekekeke.. Jadi kalau ada blog-blog lain atau bahkan koran yang menampilkan artikel ini apalagi sama persis, kami berani menjamin bahwa ini adalah salah satu karya Anak2 Psikologi USU 2010 lah yang berbakat..

Let’s check this out.. sebelumnya kalau ada yang ingin berdiskusi ataupun ada isi dari artikel ini yang salah, mohon tinggalkan pesan Anda pada kolom dibawah ini.. :D

“Success is my Right”

“Salam Super!”

Pernahkan Anda mendengar atau membaca tag line seperti diatas? Mayoritas pasti akan menjawab pernah. Tahukah Anda dimana Anda bisa menemukan tag line seperti itu? Ya, tag line seperti itu bisa kita temukan dalam seminar-seminar motivator. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), motivator disebutkan memiliki arti sebagai orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak. Bahkan, sudah umum motivator dijadikan sebagai sebuah profesi dan karena merupakan profesi maka ada jasa tertentu yang harus dibayarkan setelah mendapatkan motivasi dari motivator. Pemberian motivasi bisa melalui training, seminar, dan sebagainya.

“Success is my Right” merupakan kata-kata yang terkenal dari Andrie Wongso – satu-satunya Motivator di Indonesia yang bergelarkan SDDT TBS (Sekolah Dasar Tidak Tamat, Tapi Bisa Sukses) – dan “Salam Super!” merupakan salam pembuka yang biasa dibawakan Mario Teguh dalam seminarnya. Sudah banyak seminar-seminar motivasi yang digelar di Indonesia atau bahkan disiarkan oleh televisi, seperti acara Golden Ways oleh Mario Teguh. Terlepas dari apakah orang yang memberikan seminar motivasi tersebut adalah motivator yang sudah terkenal atau motivator baru, pasti kita pernah mengikuti atau menontonnya setidaknya sekali.

Fenomena seminar motivasi semakin merajarela belakangan ini. Bahkan kebanyakan para motivator yang terkenal tersebut berangkat dari individu dengan latar belakang hidup yang “keras”. Salah satu tokoh motivator yang terkenal di Indonesia misalnya, Andrie Wongso. Beliau merupakan anak yang terlahir di keluarga yang kurang mampu dan terpaksa berhenti sekolah di umur 11 tahun. Gambaran nyata lainnya yaitu tokoh motivator muda yang mulai terkenal belakangan ini, Bong Chandra, seorang entrepreneur muda yang sukses pada usia 22 tahun dengan usaha keras dari nol dan bahkan dianggap remeh oleh banyak orang sebelumnya. Bahkan dia telah diundang untuk memberikan motivasi di Perusahaan Terbesar Dunia (versi Fortune 500) dan telah memberikan motivasi ke lebih dari 2 juta orang di TV ONE, serta seminarnya selalu dihadiri ribuan orang.

Dalam fenomena ini, kita bisa melihat gambaran mengapa para motivator bisa memotivasi orang lain, sehingga banyak orang yang tertarik mengikuti seminar-seminar motivasi. Tujuan motivator, yaitu memberikan motivasi, membantu dan memberikan individu sebuah pemahaman dalam mencapai suatu tujuan ataupun menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Banyak kasus dimana kita temui ada partisipan yang mengikuti sebuah seminar motivasi dan memberikan testimoni yang berterima kasih pada sang motivator karena masalahnya terselesaikan atau misalnya setelah mengikuti seminar pendapatannya meningkat.

Salah satu contoh kasusnya, yaitu testimoni seorang yang bernama Katarina Indrawati dalam website Bong Chandra (http://www.bongchandra.co.id/testimonial.html): “Hadir dalam seminar pak Bong adalah salah satu keputusan terbaik dalam hidup saya. Itulah titik balik dari hidup saya saat ini. Apa yang saya dapatkan tidak ada sangkut pautnya dengan uang. Tetapi dengan HIDUP saya. Pak Bong membantu saya menemukan kembali impian saya dan membuat saya berani bertindak untuk meraih impian itu. Membuat saya percaya bahwa jika saya cukup berusaha dan berhenti beralasan saya bisa meraih impian saya dengan keterbatasan saya sebagai ibu rumah tangga.”

Dari testimonial tersebut kita bisa melihat bagaimana seorang motivator mampu memotivasi individu hingga membuat hidupnya bermakna dan menemukan apa yang ingin dicapainya. Dari apa yang mampu dilakukan motivator tersebut dalam membuat individu mengembangkan potensinya, makna dan tujuan hidupnya hampir sama dengan apa yang merupakan tujuan dari psikologi positif.

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai para motivator dan paham yang dianut mereka membuka wawasan kita ke arah psikologi positif, dimana psikologi positif dalam tingkat individual berkaitan dengan trait pribadi yang positif: kapasitas untuk mencintai dan dicintai, potensi melakukan suatu tugas, keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan estetika, ketekunan, kemampuan memaafkan, orisinalitas, orientasi masa depan, keberbakatan dan kebijaksanaan.

Psikologi Positif (Positive Psychology) muncul sebagai cabang psikologi (terbaru) pada tahun 1998. Psikologi positif menekankan pada optimalisasi fungsi-fungsi kehidupan, lebih menekankan apa yang benar/baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah/buruk. Psikologi positif ini memfokuskan dirinya untuk meneliti kekuatan-kekuatan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada manusia dan berhubungan dengan penggalian emosi positif (seperti baik hati, humor, cinta, optimis, dsb), yang akan mengantarkan dirinya untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.

Dalam seminar motivasi, biasanya para motivator akan memberikan semangat, pendorong, bahkan berbagi cerita bagaimana mereka bisa mencapai kesuksesan mereka. Umumnya, mereka akan berangkat dari cerita dimana mereka yang bukan apa-apa, bagaimana orang lain meremehkan mereka, hidup serba kekurangan, mampu mencapai kesuksesan yang tidak akan disangka oleh siapapun. Hal ini seolah-olah menggambarkan bagaimana individu yang dianggap pesimistik oleh orang lain, mampu melihat dirinya secara optimistik; melawan semua ketidakberdayaan dan kekurangan, mengembangkan potensinya dibawah tekanan lingkungan yang tidak mendukung, berpikir positif, serta yakin akan tujuannya hingga menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan, umumnya cara berpikir para motivator sejalan dengan paham psikologi positif.

Meskipun motivator dan psikolog yang menganut paham psikologi positif sama-sama memiliki tujuan yang sama, yakni kebahagian manusia, tentu saja ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya itu. Para motivator cenderung mendorong audiensnya untuk mencapai kebahagiaan dengan berlandaskan pada pengalaman-pengalaman pribadi sang motivator (cenderung subjektif), dan menggeneralisasikan pengalaman-pengalaman pribadinya pada semua audiensnya (“Saya bisa, maka Anda pun pasti bisa”). Sedangkan psikolog yang menganut paham psikologi positif, mereka lebih memahami individual differences sehingga teknik atau cara yang mereka gunakan untuk membimbing individu mencapai kebahagian cenderung akan berbeda satu sama lain.

Dalam bukunya, Learned Optimism – How to Change Your Mind and Your Life, Prof. Seligman (Bapak psikologi Positif) mengemukakan 3 cara untuk bahagia, yakni Have a Pleasant Life (life of enjoyment), Have a Good Life (life of engagement), dan Have A Meaningful Life (life of Contribution). Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berharga, mengenali diri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan kekuatan-kekuatan kita untuk kepentingan yang lebih besar. Terlepas dari apakah psikolog atau motivator yang memberikan motivasi pada individu, makna dan tujuan hidup hanya dapat dicapai dengan terlebih dahulu mengembangkan pikiran positif mulai dari diri kita sendiri.

 

Oleh:

 

 

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized